Meskipun saat ini
penggunaan jaringan serat optik di Indonesia jarang terdengar, tetapi jumlah
jaringan yang berbasis serat optik terus mengalami perkembangan baik dalam
kuantitas maupun kualitas. Contoh penggunaan jaringan serat optik di Indonesia
antara lain pada jaringan JUITA (Jaringan Universitas Indonesia Terpadu),
INHERENT (Indonesia Higher Education Network), Palapa Ring, dan kabel bawah
laut yang menghubungkan Jakarta dengan Batam. Pada makalah ini akan dibahas
beberapa contoh penggunaan serat optik di Indonesia, dari segi topologi dan
teknologi serat optik yang digunakan.
INHERENT (Indonesia Higher Education Network)
Pada jaringan INHERENT,
serat optik digunakan untuk membentuk jaringan yang menghubungkan seluruh
perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Pada tahap awal, terdapat 33 perguruan
tinggi yang menjadi simpul awal pada jaringan INHERENT. Ke 33 perguruan tinggi tersebut antara lain:
Perguruan Tinggi
|
Kota/Propinsi
|
1. Universitas Syiah Kuala
2. Universitas Sumatera Utara
3. Universitas Riau
4. Universitas Andalas
5. Universitas Jambi
6. Universitas Sriwijaya
7. Universitas Bengkulu
8. Universitas Lampung
9. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
10. Universitas Indonesia
11. Institut Teknologi Bandung
12. Universitas Gadjah Mada
13. Universitas Diponegoro
14. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
15. Universitas Brawijaya
16. Universitas Udayana
17. Universitas Mataram
18. Universitas Nusa Cendana
19. Universitas Tanjungpura
20. Universitas Lambung Mangkurat
21. Universitas Palangkaraya
22. Universitas Mulawarman
23. Universitas Hasanuddin
24. Universitas Tadulako
25. Universitas Haluoleo
26. Universitas Sam Ratulangi
27. Universitas Negeri Gorontalo
28. Universitas Pattimura
29. Universitas Khairun
30. Universitas Cendrawasih
31. Universitas Negeri Papua
32. Universitas Terbuka
33. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
|
Banda Aceh/NAD
Medan/Sumatera Utara
Pekanbaru/Riau
Padang/Sumatera
Barat
Jambi/Jambi
Palembang/Sumatera
Selatan
Bengkulu/Bengkulu
Bandar
Lampung/Lampung
Tangerang/Banten
Jakarta/DKI
Bandung/Jawa
Barat
Yogyakarta/Jogjakarta
Semarang/Jawa
Tengah
Surabaya/Jawa
Timur
Malang/Jawa
Timur
Denpasar/Bali
Mataram/NTB
Kupang/NTT
Pontianak/Kalimantan
Barat
Banjarmasin/Kalimantan
Selatan
Palangkaraya/Kalimantan
Tengah
Samarinda/Kalimantan
Timur
Makassar/Sulawesi
Selatan
Kendari/Sulawesi
Tenggara
Palu/Sulawesi
Tengah
Manado/Sulawesi
Utara
Gorontalo/Gorontalo
Ambon/Maluku
Ternate/Maluku
Utara
Jayapura/Papua
Manokwari/Irian
Jaya Barat
Jakarta/DKI
Jakarta/DKI
|
Tabel . Daftar Perguruan
Tinggi yang menjadi simpul jaringan INHERENT (bisa bertambah seiring waktu
karena Dikti menggunakan sistem kompetisi untuk bisa tersambung ke Jaringan
Inherent)
Perguruan-perguruan tinggi
di atas berlaku sebagai simpul lokal di tingkat propinsi. Simpul-simpul lokal
diharapkan dapat memfasilitasi sambungan universitas-universitas yang ada di
daerahnya.
Sambungan antara
universitas-universitas lain dengan simpul lokal pada jaringan INHERENT dapat
dilakukan dengan menggunakan topologi star atau bus,
tergantung dari lokasi univeristas, dan peralatan yang tersedia. Jenis kabel
serat optik yang digunakan adalah serat optik single mode. Serat optik single
mode dipilih karena memiliki jarak maksimum tanpa pengulang yang lebih jauh,
dan juga karena serat optik single mode sudah mencukupi dari segi kapasitas
kanal untuk sambungan antar universitas.
Gambar . Konfigurasi jaringan INHERENT
Pada gambar di atas dapat
dilihat konfigurasi dari jaringan INHERENT. Simpul-simpul lokal yang terhubung
dengan menggunakan serat optik baru terdapat di pulau Jawa saja. Sedangkan
sambungan antara simpul-simpul lokal lainnya dilakukan dengan menggunakan E2
dengan kapasitas 8 Mbps. Khusus untuk daerah Maluku dan Papua sambungan antara
simpul-simpul lokal dilakukan melalui satelit atau VSAT (Very Small Aperture
Terminal) dengan kapasitas 2 Mbps.
Pada jaringan INHERENT juga
terdapat redundant link yang menghubungkan jaringan antar pulau. Redundant link
berfungsi sebagai cadangan bila jalur transmisi utama mengalami gangguan.
Dengan adanya redundant link sambungan antara simpul-simpul lokal masih dapat
dipertahankan, meskipun terjadi gangguan yang besar pada salah satu sambungan
utama. Sambungan untuk redundant link juga menggunakan VSAT dengan kapasitas 1
Mbps.
JUITA (Jaringan Universitas
Indonesia Terpadu)
Pada jaringan JUITA,
jaringan serat optik digunakan untuk menghubungkan seluruh fakultas yang ada di
Universitas Indonesia, Depok. Kabel serat optik diletakkan dibawah tanah, dan
mengelilingi lingkungan Universitas Indonesia memebentuk topologi ring yang
menghubungkan setiap fakultas. Teknologi yang dipakai dalam jaringan ini adalah
FDDI (Fiber Distributed Data Interface).
Teknologi FDDI merupakan
standar untuk transmisi data pada LAN (Local Area Network) dengan jangkauan
mencapai 200 kilometer. FDDI menggunakan dua buah kabel fiber optik yang
mentransmisikan data pada arah yang berlawanan. Kabel pertama berfungsi sebagai
kabel utama yang digunakan dalam transmisi data dengan kecepatan 100 Mbit/s,
sedangkan kabel kedua berfungsi sebagai cadangan bila kabel utama mengalami
kerusakan. Tetapi jika jaringan tidak membutuhkan kabel cadangan, kabel kedua
dapat digunakan bersamaan dengan kabel utama, dan menambah kapasitas jaringan
menjadi 200 Mbit/s.
Palapa Ring
Palapa Ring merupakan kelanjutan dari proyek
CSO-N (Cincin Serat Optik Nasional) yang bertujuan untuk membangun jaringan
serat optik nasional yang menjangkau 33 propinsi, 440 kota/kabupaten di seluruh
Indonesia dengan total panjang kabel laut mencapai 35.280 kilometer, dan kabel
daratan sejauh 21.807 kilometer.
Gambar
. Skema Cincin Serat Optik Nasional (CSON)
Jaringan Palapa Ring
membentuk cincin terintegrasi yang membentang dari Sumatera Utara hingga Papua
bagian Barat dengan kapasistas sebesar 300 Gbps sampai 1000 Gbps. Aplikasi yang
akan didukung oleh jaringan Palapa Ring sangat beragam, mulai dari pembelajaran
jarak jauh, pengobatan jarak jauh, dan siaran TV yang murah ke desa-desa.
Jika dilihat dari kapasitas
dan banyaknya aplikasi yang digunakan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
bagian backbone pada jaringan Palapa Ring akan menggunakan
kabel serat optik multimode dengan teknologi DWDM (Dense Wavelength Division
Multiplexing) dan EDFA (Erbium Doped Fiber Amplifier). Kedua teknologi ini
dipilih karena memiliki efisiensi kanal yang tinggi, dan mudah untuk
dikembangkan jika terdapat aplikasi baru yang ingin diterapkan ke dalam
jaringan.
Dari contoh-contoh aplikasi
yang telah disebutkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perkembangan
jaringan serat optik di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang cukup
signifikan. Penggunaan jaringan serat optik tidak hanya pada skala LAN saja,
tetapi sudah memasuki skala WAN yang mencakup seluruh kepulauan Indonesia.
Melihat perkembangan yang pesat ini, maka tidak mengherankan bila dalam waktu
singkat aplikasi FTTH (Fiber to the Home) menjadi hal yang umum di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
- http://teknologibroadband.blogspot.com/2008/10/aplikasi-jaringan-serat-optik.html ( Di Akses Kamis, 12 Maret 2015, jam : 10:23 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar